Hasyim Muhammad Al Baghdadi, Mengembalikan Kemegahan Khat Ke Tanah Iraq


Akhirnya sampai juga blog ini kepada Hasyim Muhammad Al Baghdadi salah seorang raksasa kaligrafi dari tanah Iraq. Bagi anda yang belum tahu siapa beliau, buku kaidah kaligrafi karya beliau sangat populer di Indonesia. Bahkan mungkin anda sekarang sedang memegang bukunya. Bukunya dipilih sebagai pedoman kaligrafi diseluruh dunia, karena Hasyim Muhammad berhasil memadukan kaligrafi gaya Turki dan kaligrafi gaya Iraq dengan kaidah kaidah yang sangat teliti.

Dulu seni kaligrafi berkembang ditanah Iraq melalui tangan tangan Ali Bin Hilal (Ibnu Bawwab). Kemudian panji panji kemegahannya diambil alih oleh para kaligrafer Turki dengan melahirkan banyak tokoh kaligrafi besar. Kemudian panji panji itu diakui kembali ke tanah Iraq melalui tangan Hasyim Muhammad Al Baghdadi. 

Hasyim Muhammad al Baghdadi adalah Abu Raqim Hasyim bin Muhammad bin al hajj Dirbas al Qaisy al Baghdadi. Lahir di Baghdad pada tahun 1917 M. Sumber sumber terpercaya memberikan angka tahun lahir yang berbeda beda. Ensiklopedy Arab (arab-ency.com) menyebutkan angka tahun 1917 sementara wikipedia menyebutnya tahun 1921 M. 

Hasyim lahir dari keluarga miskin. Ayahnya hanyalah seorang pekerja di pasar sayuran.

Pertama kali ia belajar kaligrafi pada Molla Arif as-Syikhli. Tidak hanya belajar kaligrafi, Hasyim juga belajar banyak hal pada gurunya ini. Bakatnya sangat menakjubkan. Ia dengan cepat bisa meniru gurunya. Baik tulisannya maupun tindak tanduknya. Diceritakan, bahwa Hasyim sangat mengidolakan Molla Arif sehingga ia membuat jendela kecil di kamar nya untuk mengamati tindak tanduk gurunya itu. Mulai dari cara duduknya, caranya menghormat tamu dan lainnya. 

Belajar Kepada Ali Shobir


Selepas dari Molla Arif, Hasyim belajar kepada almarhum Ali Shobir. Gurunya ini adalah seorang kaligrafer ternama yang memiliki watak keras dan tajam dalam mengkritik karya murid muridnya. Kepada Ali Shabir Hasyim belajar cuma sebentar.

Diceritakan, bahwa suatu hari Hasyim membuat karya untuk diperlihatkan kepada Ali Shabir. Hasyim berjuang untuk membuat karyanya itu sebagai karya terbaik. Setelah berjuang keras, karya itu selesai dan ia serahkan kepada gurunya. Sang guru sebenarnya kagum dan takjub dengan hasil karyanya. Hanya saja ia tidak ingin menunjukkan hal itu.

Ia mengkritik karya Hasyim di sana sini. Terakhir ia menduga Hasyim telah meniru karya karya orang Turki dan Mesir. Hasyim berusaha meyakinkan gurunya bahwa itu benar benar hasil kreasinya.  Namun usahanya sia-sia. Sang guru malah menasehatinya agar lain kali jangan melakukan penjiplakan karya orang lain. Hasyim bersikukuh, bahkan ia menawarkan diri untuk menulis kaligrafi yang baru dengan tulisan kalimat yang baru didepan gurunya. Sayangnya Ali Shabir tidak mau menarik ucapannya. Maka Hasyim Muhammad pun pergi.


Belajar Kepada Molla Ali al Fadhliy


Kemudian Hasyim belajar kepada Molla Ali al Fadliy, seorang guru di Masjid Jami' al Fadhl. Ali Al Fadhli adalah guru ilmu ilmu al Qur'an, Bahasa Arab, Arud, dan Seni Kaligrafi. Bersama sang guru ini, Hasyim belajar dan berlatih terus menerus. Hasilnya kemudian dikoreksi oleh sang guru, kemudian dikembalikan lagi dengan perasaan takjub. Setelah yakin dengan keahlian Hasyim, maka Molla Ali kemudian memberinya ijazah pada tahun 1943.

Rupanya Molla Ali al Fadhli inilah gurunya yang paling sering ia kenang dan ia puji. Hasyim mencintai gurunya ini. Hasyim hidup miskin. Ia tidak punya cukup biaya untuk pendidikannya. Maka, sambil belajar pada Molla Ali, ia memilih untuk mencari pekerjaan tetap. Hasyim diterima di Kementrian Pertahanan (wuzarotu ad difa) . Disana ia bekerja beberapa lama.

Belajar Ke Mesir


Pada tahun 1944 ia berangkat ke Mesir untuk mengikuti pendidikan seni kaligrafi di Ma'had Tahsinul Khutut (Sekolah eni Kaligrafi) di Kairo Mesir. Ia menunjukkan ijazahnya dan beberapa hasil karyanya kepada pihak sekolah, yang membuat takjub para direktur dan guru guru disana. Hasyim kemudian langsung diizinkan untuk mengikuti ujian akhir, dan ternyata memperoleh nilai tertinggi.

Hasyim mendapat ijazah khusus dari kaligrafer besar Mesir Sayyid Ibrahim dan kaligrafer Muhammad Husni. Atas prestasi nya itu ia diminta untuk tinggal di Mesir menjadi seorang guru. Tetapi Hasyim menolak. Ia memilih untuk kembali ke Baghdad dan membuka sebuah workshop disana.

Belajar Pada Hamid Al Amidi


Tampaknya Hasyim belum kenyang belajar kaligrafi. Ia kemudian berangkat ke Turki untuk melihat peninggalan peninggalan kaligrafi di Turki. Hampir semua tempat ia kunjungi dan ia dokumentasikan. Bahkan sebuah peninggalan kaligrafi yang berada tersembunyi disebuah gunung berhasil ia temukan. Hasyim juga mengunjungi beberapa kaligrafer besar. Antara lain ia bertemu dengan Musthafa Azmi Hamid Aytac al Amidi. Hasyim berguru kepada Hamid al Amidi beberapa tahun. Hamid sangat takjub dengan kemampuan Hasyim sehingga ia memberikan ijazah sebanyak dua kali yaitu pada tahun 1950 dan 1052. Kedua ijazah ini sangat dibanggakan oleh Hasyim. Ia memajang kedua ijazah itu di workshopnya.

Hasyim secara perlahan mulai terang bintangnya. Ia menjadi master kaligrafi tingkat Internasional disaat pamor Hamid al Amidi mulai meredup karena usia tua. Saat itulah disebut sebut, panji panji kaligrafi telah berpindah tangan. Dari Iraq kembali ke Iraq.


Ijazahnya yang kedua dari Hamid Al Amidi
Ditulis dengan gaya diwani yang sangat indah. Bunyi teksnya adalah :

بسم الله الرحمن الرحيم
وَلَدِي هَاشِم مُحَمَّد الْبَغْدَادِي الخَطَّاط
شَاهَدْتُ فِيْكَ الصِّدْقَ وَالْإِخْلاَصَ وَالْمَحَبَّةَ لِهَذَا اْلفَنِّ  اْلجَمِيْلِ الَّذي لَمْ يَنْدَثِرْ ماَ دَامَ اْلإسْلاَم قَائِماً وَأَعْهَدُ فِيْكَ أنْ تَكُوْنَ مِنْ خِياَرِهِمْ وَأَوَّل ٍالخَطَّاطِيْنَ فِي اْلعَالَمِ الإسْلاَمِي، فَلَكَ أُهْدِي أزْكَى التَهَانِي لِمَا أنْتَ فِيْه فِي تَقدُّم دَائِم. 

كُتب في الآسِتاَنَة سَنَة 1372 هجرية، 
استاذك المخلص موسى عزمي المعروف بحامد الآمدي 

Selain terpengaruh Hamid Al Amidi, Hasyim juga sangat menyukai dan mengagumi karya karya Musthafa Raqim. Karena itulah ia memberi nama anaknya "Raqim"

Karya Karya Kaligrafinya


Hasyim terkenal dengan tulisannya yang bukan saja indah susunannya, tetapi juga halus seperti dikerjakan dengan mesin. Hasyim sangat teliti dalam mengikuti kaidah penulisan khat. Diantara kelebihan Hasyim Muhammad adalah kemampuannya dalam menuliskan huruf secara berulang ulang dengan bentuk yang sama persis. Kemampuan seperti ini jarang dimiliki kaigrafer, menunjukkan betapa seringnya dia berlatih kaligrafi.

Berikut ini beberapa diantara karyanya :


Surah Ali Imran ayat 159

ِفَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوكَّلْ عَلَى الله 




ٍAl Qur'an Surah Al An'am ayat 162

َقُلْ إنَّ صَلاَتيِ وَنُسُكِي وَمـَحْــيَايَ وَمـَمَـاتِي لله رَبِّ الْعَالَمِيْن 




Syahadataini





Tinggi cita cita itu termasuk iman

ِعُلُوُّ الْهِمَّةِ مِنَ الْإِيـــــْماَن  




Judul kitab : Alfu Lailah wa Lailah
(Seribu Satu Malam)





Basmalah




ِAl Baqarah 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآن 





Surah Al Qadar ayat 5
سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ



Nama Orang 
عَادِل عَبْد الرَّؤف الْفَرَا




Surah Fathir 43 :
ولا يحيق المكر السيئ إلا بأهله




Surah Al Mulk ayat 29

قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَناَّ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا






ِتَوَكَّلْتُ عَلَى الله


Salah satu karya Hasyim Muhammad (tidak ada tauqi'nya) dalam gaya Diwani Jaly :
Hadrot Sohibu al siyadah ra'is majlis siyadahal fariq al rukn Muhammad Najib Ar Rubai'iy



اللهُ وَليُِّ التَّوْفِيْق




Karya Hasyim Muhammad, meniru tulisan Hafidz Usman.
Karya ini diberikan sebagai hadiah kepada kaligrafer Muhammad Badawi Ad-Dirani
  وَباِلشُّكْرِ تَدُوْمُ النِّعَم




Karya Tsuluts Mutanadzir (berpantulan) Surah Al Isra ayat 85

ًوَماَ اُوْتِيْتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إلاَّ قَلِيْلا




Sampul Sebuah Buku 



Ghirahnya Terhadap Kaligrafi Tradisional


Hasyim Muhammad adalah kaligrafer tradisional. Ia sangat menjunjung tinggi kaidah kaidah kaligrafi. Hasyim sangat cemburu bila ada kaligrafer yang menulis tanpa kaidah. Karena itu ia juga tidak suka bila ada yang mencoba kreatif mengembangkan model model huruf seni kaligrafi yang sudah mapan. Ia tidak suka yang berbau kontemporer, menulis huruf huruf sebebasnya tanpa kaidah. sebagaimana yang banyak dilakukan oleh kaligrafer Mesir dan Syiria.

Baginya, melanggar kaidah kaligrafi adalah kejahatan. Setiap usaha mengembangkan bentuk huruf yang sudah mapan ia anggap sebagai usaha untuk menghancurkan bahasa Arab dan huruf huruf Al Qur'an. Sikapnya ini bisa difahami, mengingat usahanya menguasai kaligrafi dengan susah payah. Ia tidak ingin ada kaligrafer kaligrafer malas, yang mengambil jalan pintas dalam berkarya dengan cara menulis semaunya tanpa mengikuti kaidah.

Bukunya

Hasyim Muhammad Al-Baghdadi meninggalkan sebuah buku kaidah belajar kaligrafi dengan judul (Qawaid al Khat Al Araby). Buku ini sangat populer dan dipelajari diberbagai negara. Di Indonesia bahkan hampir setiap kursus/sekolah kaligrafi menggunakan buku ini. Baik secara lengkap sebagaimana diterbitkan, maupun petikan petikannya. Hanya saja banyak guru kaligrafi yang tidak menerngkan secara jujur kepada murid muridnya bahwa kaidah yang sedang dipelajarinya itu adalah milik Hasyim Muhammad.

  

Wafat

Hasyim Muhammad Al Baghdadi wafat pada hari Senin tanggal 30 April 1973 setelah merasakan sakit pada dadanya malam itu. Ia dibawa ke rumah sakit, namun ajal menjemputnya. Jenazahnya disholatkan dengan imam Syeikh Ma'thuq Mahmud Al A'dzomy. Hasyim dimakamkan di kompleks pekuburan Khaizaran dekat masjid Abu Hanifah. Kuburnya bersebelahan dengan makam sufi terkenal Asy-Syibli.

Hasyim Muhammad berencana menulis mushaf Al-Qura'an, sayangnya tidak terwujud. Meski demikian, ia pernah diutus ke Jerman untuk menjadi supervisor pencetakan Al Qur'an yang ditulis oleh Muhammad Amin Al Rusydi.

Selama hidupnya ia hanya memberi satu ijazah kepada seorang muridnya : Abdul Ghani al Ani.



Riwayat Hidup Hasyim Muhammad Al Baghdadi, artikel original Kaligrafi Islam @2017.
Ditulis dengan memperhatikan sumber sumber berikut ini :


Sumber :
1.  Wikipedia, هاشم محمد البغدادي
2.  amaze.com, presentasi Hasyim Muhammad
3.  Islambooks.info - Hasyim Muhammad Al Baghdadi
4.  http://www.calligraphyislamic.com- Hashim Muhammad Baghdadi


Posting Komentar untuk "Hasyim Muhammad Al Baghdadi, Mengembalikan Kemegahan Khat Ke Tanah Iraq"